Sunday, December 8, 2013
Browse Manual »
Wiring »
2011
»
cerpen
»
sahabat
»
Cerpen Sahabat 2011
SEBIRU HARI INI
oleh: Yuryandhani Hidayanto
Perpisahan harus ada di dunia ini. Agar semua orang tidak selalu tersenyum. Agar setiap orang dapat mengerti betapa berharganya waktu yang telah kita lewati. Agar air mata yang diciptakan tidak sia-sia. Terlalu sombong untuk keluarkan air mata hanyalah seorang pengecut yang tidak berani menghadapi kenyataan. Tanpa air mata, !? hey…sadar!... kaki kita masih memijak bumi. Langit masih di atas kepala kita. Kita bukan sedang berada di surga. Ketika seseorang meneteskan air matanya, entah karena bahagia, atau sedih sekalipun. Karena buat aku, air mata adalah bukti ketulusan.
Ketika itu, aku terduduk di sebuah bangku taman sekolah. Tidak ada yang aku lakukan. Hanya saja, pikiranku melayang jauh mengingat sebuah kejadian di sini. Ya..Di bangku yang sedang aku duduki sekarang. Sesekali aku memejamkan mataku, sambil sedikit membuka senyumku. Aku melihat wajahku yang begitu bahagia disitu. Senyumnya begitu lepas. Di sebelahku, berdiri seorang perempuan yang sangat cantik. Canda tawanya, membuat hariku ketika itu semakin berwarna. Sebiru hari ini. Langitnya begitu bersih. Begitu biru. Tanpa ada awan yang menghalanginya.
Aku begitu mengenal perempuan itu. Selama tiga tahun aku di sini, dia lah orang yang paling mengerti aku. Ketika aku merasakan perihnya cinta, dialah orang pertama yang menjagaku agar tidak terjatuh. Ketika aku tidak bisa memutuskan mana yang terbaik, dialah orang pertama yang memegang pundak ku untuk memberikanku dorongan. Dan ketika aku memiliki sejuta mimpi, dialah satu-satunya orang yang membuatku ingin segera wujudkan mimpi itu.
Aku begitu ingin mengulang semua kejadian itu. Aku ingin aku yang ada di imajinasi ku sekarang adalah aku yang sekarang. Dengan baju SMA yang sedikit urakan, dan ditemani sahabat sejatinya. Aku ingin mendengar sekali lagi saja suara tawa nya yang selalu membuatku tersenyum simpul ketika aku sedih sekalipun.
Satu hari terberat yang harus aku lalui. Ketika suara yang memang tidak asing olehku, terdengar dari arah belakang. Terdengar jelas suara teriakan dan langkah kakinya yang sedikit berlari. Aku menolehkan wajahku. Sahabatku…Dengan memegang secarik kertas ditangan kirinya. Dia memelukku hingga membuat badanku hampir terjatuh. Sambil mengatur nafas, dia mencoba mengabarkan sesuatu. Kertas yang dia pegang sekarang, adalah surat balasan dari sebuah Universitas ternama di kota Paris. Sahabatku yang satu ini memang bermimpi untuk bersekolah disana. Aku bisa membayangkannya betapa dia ingin sekali menjadi bagian dari sekolah itu. Setiap dia menceritakannya, aku tau…mimpi terbesar dia adalah melanjutkan sekolahnya disana. Dan sekarang, semua impiannya terwujud.
Aku hanya terdiam. Aku bahagia. Dan aku sedih. Aku tidak bisa berkata apapun lagi. Aku tau, sahabatku itu akan pergi jauh untuk waktu yang cukup lama. Siapa lagi yang akan menemaniku ketika aku sedih, siapa lagi yang akan memarahiku ketika aku mulai melakukan hal bodoh lagi. Dia pergi dengan sejuta harapan dan mimpi. Mengubur semua cerita indah bersama. Cerita hitam putih yang tergores tawa dan luka. Aku selalu menunggu datangnya waktu dimana dia akan memenuhi janjinya. Ketika itu, dia berkata bahwa dia akan pulang secepatnya dengan tambahan gelar di belakang namanya. Gelar dari hasil dia bersekolah di universitas impiannya.
Dan aku juga berjanji, ketika dia pulang nanti aku telah menyelesaikan sekolahku dan semua orang tau jika mendengar namaku. Semua janjiku sudah aku penuhi sejak dua hari yang lalu. Aku telah menjadi sarjana dan langsung bergabung dengan tim yang di bentuk oleh Presiden untuk proyek jembatan yang menghubungkan pulau Sumatera dan pulau Jawa. Kini banyak orang yang mengetahuku. Karena aku adalah anggota termuda di tim itu. Sekaligus menjadi satu-satunya arsitek asal Indonesia yang akan bekerja sama untuk menyelesaikan proyek itu bersama para ahli dari Negara-negara lain. Aku ingin sahabatku sekarang ada disini. Aku ingin menyampaikannya langsung kepadanya.
Pandanganku tertuju pada salah satu sudut sekolahku. Disanalah kami membuat janji itu. Janji yang entah kapan akan terwujud. Aku melihat seorang pria dengan setelan jas lengkap sambil membawa gulungan kertas di tangannya.Seperti gulungan kertas gambar yang biasa di bawa seorang arsitek. Aku bisa mengetahui perasaan orang itu dengan sorot matanya yang begitu berbinar. Aku melihat laki-laki itu menunggu langkah kaki seorang perempuan yang dia tunggu sampai di depannya. Aku sedikit membelokkan pandanganku. Seorang perempuan dengan blazer dan celana hitamnya menuju ke arah laki-laki itu sedikit tergesa. Senyumnya tidak berhenti. Ketika perempuan itu sampai di hadapan laki-laki yang menunggu tadi, aku melihat mereka terdiam sejenak. Lalu… mereka saling memeluk. Tampak rasa rindu yang begitu besar diantara mereka.
Lalu perempuan itu memandangku. Langkahnya terus mendekatiku. Oh Tuhan…begitu parahnya aku berhalusinansi hingga membuat hayalanku begitu nyata. Perempuan itu kini sampai di depan tempat aku duduk tadi. Aku berdiri…dan tetesan hujan membangunkanku dari imajinasiku. Aku menengadahkan kepala ku ke atas. Tidak…Hari ini tidak hujan. Langitnya begitu bersih. Begitu biru. Tanpa ada awan yang menghalanginya. Aku kembali mengarahkan pandanganku ke arah perempuan tadi. Aku kembali merasakan tetesan air di tanganku. Sekarang aku tau, itu bukan hujan. Tapi air mataku yang mulai menetes. Air mata bahagia karena sahabat lamaku yang selalu aku tunggu kini nyata ada di depanku. Dia memberikanku sebuah kertas. Itu ijazah. Tertulis sebuah nama yang sangat aku kenali. Bellen Nastitie Pamela Fury. Dia menepati janjinya…Seindah hari ini….Sebiru hari ini, yang langitnya begitu bersih. Begitu biru tanpa awan yang menghalanginya.
Cerpen sahabat ini ditulis oleh Yuryandhani Hidayanto
http://www.facebook.com/yuryandhani.hidayanto
http://www.twitter.com/23_yury/
http://www.ceritapendekyuryandhani.blogspot.com/
Cerpen Sahabat 2011
Cerpen Sahabat - Sebuah cerpen yang bercerita tentang sahabat dan persahabatan. Tadinya mau dikasih judul cerpen persahabatan, eh ternyata sudah ada. Ya udah jadinya Cerpen Sahabat aja. Lagian banyak orang yang nyari cerpen sahabat, mudah-mudahan mereka menemukan cerpen ini
SEBIRU HARI INI
oleh: Yuryandhani Hidayanto
Perpisahan harus ada di dunia ini. Agar semua orang tidak selalu tersenyum. Agar setiap orang dapat mengerti betapa berharganya waktu yang telah kita lewati. Agar air mata yang diciptakan tidak sia-sia. Terlalu sombong untuk keluarkan air mata hanyalah seorang pengecut yang tidak berani menghadapi kenyataan. Tanpa air mata, !? hey…sadar!... kaki kita masih memijak bumi. Langit masih di atas kepala kita. Kita bukan sedang berada di surga. Ketika seseorang meneteskan air matanya, entah karena bahagia, atau sedih sekalipun. Karena buat aku, air mata adalah bukti ketulusan.
Ketika itu, aku terduduk di sebuah bangku taman sekolah. Tidak ada yang aku lakukan. Hanya saja, pikiranku melayang jauh mengingat sebuah kejadian di sini. Ya..Di bangku yang sedang aku duduki sekarang. Sesekali aku memejamkan mataku, sambil sedikit membuka senyumku. Aku melihat wajahku yang begitu bahagia disitu. Senyumnya begitu lepas. Di sebelahku, berdiri seorang perempuan yang sangat cantik. Canda tawanya, membuat hariku ketika itu semakin berwarna. Sebiru hari ini. Langitnya begitu bersih. Begitu biru. Tanpa ada awan yang menghalanginya.
Aku begitu mengenal perempuan itu. Selama tiga tahun aku di sini, dia lah orang yang paling mengerti aku. Ketika aku merasakan perihnya cinta, dialah orang pertama yang menjagaku agar tidak terjatuh. Ketika aku tidak bisa memutuskan mana yang terbaik, dialah orang pertama yang memegang pundak ku untuk memberikanku dorongan. Dan ketika aku memiliki sejuta mimpi, dialah satu-satunya orang yang membuatku ingin segera wujudkan mimpi itu.
Aku begitu ingin mengulang semua kejadian itu. Aku ingin aku yang ada di imajinasi ku sekarang adalah aku yang sekarang. Dengan baju SMA yang sedikit urakan, dan ditemani sahabat sejatinya. Aku ingin mendengar sekali lagi saja suara tawa nya yang selalu membuatku tersenyum simpul ketika aku sedih sekalipun.
Satu hari terberat yang harus aku lalui. Ketika suara yang memang tidak asing olehku, terdengar dari arah belakang. Terdengar jelas suara teriakan dan langkah kakinya yang sedikit berlari. Aku menolehkan wajahku. Sahabatku…Dengan memegang secarik kertas ditangan kirinya. Dia memelukku hingga membuat badanku hampir terjatuh. Sambil mengatur nafas, dia mencoba mengabarkan sesuatu. Kertas yang dia pegang sekarang, adalah surat balasan dari sebuah Universitas ternama di kota Paris. Sahabatku yang satu ini memang bermimpi untuk bersekolah disana. Aku bisa membayangkannya betapa dia ingin sekali menjadi bagian dari sekolah itu. Setiap dia menceritakannya, aku tau…mimpi terbesar dia adalah melanjutkan sekolahnya disana. Dan sekarang, semua impiannya terwujud.
Aku hanya terdiam. Aku bahagia. Dan aku sedih. Aku tidak bisa berkata apapun lagi. Aku tau, sahabatku itu akan pergi jauh untuk waktu yang cukup lama. Siapa lagi yang akan menemaniku ketika aku sedih, siapa lagi yang akan memarahiku ketika aku mulai melakukan hal bodoh lagi. Dia pergi dengan sejuta harapan dan mimpi. Mengubur semua cerita indah bersama. Cerita hitam putih yang tergores tawa dan luka. Aku selalu menunggu datangnya waktu dimana dia akan memenuhi janjinya. Ketika itu, dia berkata bahwa dia akan pulang secepatnya dengan tambahan gelar di belakang namanya. Gelar dari hasil dia bersekolah di universitas impiannya.
Dan aku juga berjanji, ketika dia pulang nanti aku telah menyelesaikan sekolahku dan semua orang tau jika mendengar namaku. Semua janjiku sudah aku penuhi sejak dua hari yang lalu. Aku telah menjadi sarjana dan langsung bergabung dengan tim yang di bentuk oleh Presiden untuk proyek jembatan yang menghubungkan pulau Sumatera dan pulau Jawa. Kini banyak orang yang mengetahuku. Karena aku adalah anggota termuda di tim itu. Sekaligus menjadi satu-satunya arsitek asal Indonesia yang akan bekerja sama untuk menyelesaikan proyek itu bersama para ahli dari Negara-negara lain. Aku ingin sahabatku sekarang ada disini. Aku ingin menyampaikannya langsung kepadanya.
Pandanganku tertuju pada salah satu sudut sekolahku. Disanalah kami membuat janji itu. Janji yang entah kapan akan terwujud. Aku melihat seorang pria dengan setelan jas lengkap sambil membawa gulungan kertas di tangannya.Seperti gulungan kertas gambar yang biasa di bawa seorang arsitek. Aku bisa mengetahui perasaan orang itu dengan sorot matanya yang begitu berbinar. Aku melihat laki-laki itu menunggu langkah kaki seorang perempuan yang dia tunggu sampai di depannya. Aku sedikit membelokkan pandanganku. Seorang perempuan dengan blazer dan celana hitamnya menuju ke arah laki-laki itu sedikit tergesa. Senyumnya tidak berhenti. Ketika perempuan itu sampai di hadapan laki-laki yang menunggu tadi, aku melihat mereka terdiam sejenak. Lalu… mereka saling memeluk. Tampak rasa rindu yang begitu besar diantara mereka.
Lalu perempuan itu memandangku. Langkahnya terus mendekatiku. Oh Tuhan…begitu parahnya aku berhalusinansi hingga membuat hayalanku begitu nyata. Perempuan itu kini sampai di depan tempat aku duduk tadi. Aku berdiri…dan tetesan hujan membangunkanku dari imajinasiku. Aku menengadahkan kepala ku ke atas. Tidak…Hari ini tidak hujan. Langitnya begitu bersih. Begitu biru. Tanpa ada awan yang menghalanginya. Aku kembali mengarahkan pandanganku ke arah perempuan tadi. Aku kembali merasakan tetesan air di tanganku. Sekarang aku tau, itu bukan hujan. Tapi air mataku yang mulai menetes. Air mata bahagia karena sahabat lamaku yang selalu aku tunggu kini nyata ada di depanku. Dia memberikanku sebuah kertas. Itu ijazah. Tertulis sebuah nama yang sangat aku kenali. Bellen Nastitie Pamela Fury. Dia menepati janjinya…Seindah hari ini….Sebiru hari ini, yang langitnya begitu bersih. Begitu biru tanpa awan yang menghalanginya.
Cerpen sahabat ini ditulis oleh Yuryandhani Hidayanto
http://www.facebook.com/yuryandhani.hidayanto
http://www.twitter.com/23_yury/
http://www.ceritapendekyuryandhani.blogspot.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment